Banyak Ahli Onkologi Tidak Memastikan Kebutuhan Kesehatan LGBTQ

Anonim

Oleh Robert Preidt

Reporter HealthDay

JUMAT, 18 Januari 2019 (HealthDay News) - Sebagian besar spesialis kanker merasa nyaman merawat pasien LGBTQ, tetapi banyak yang tidak yakin dengan pengetahuan mereka tentang kebutuhan kesehatan spesifik pasien ini, sebuah survei baru menemukan.

"Perawatan kanker dalam komunitas LGBTQ adalah masalah kesehatan masyarakat yang sebagian besar diabaikan," kata Gwendolyn Quinn, seorang profesor di Departemen Obstetri dan Ginekologi dan Kesehatan Penduduk di NYU Langone Health di New York City.

"Untuk mengatasi masalah ini, kita harus mulai dengan memahami kesenjangan dalam pengetahuan di antara dokter," tambah Quinn dalam rilis berita NYU.

Survei ini melibatkan 450 ahli kanker di 45 pusat kanker yang ditunjuk National Cancer Institute di Amerika Serikat. Mereka ditanya tentang pengetahuan, sikap, perilaku dan kemauan mereka untuk dididik tentang pasien kanker LGBTQ.

Mayoritas mengatakan mereka nyaman merawat pasien lesbian, gay atau biseksual, tetapi hanya setengah yang merasa yakin dengan pengetahuan mereka tentang kebutuhan kesehatan pasien ini. Survei juga menemukan bahwa hampir 83 persen mengatakan mereka nyaman merawat pasien transgender, tetapi hanya 37 persen merasa mereka cukup tahu untuk melakukannya.

Sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka tertarik untuk mempelajari lebih banyak tentang pasien LGBTQ.

Afiliasi politik dan memiliki teman atau keluarga LGBTQ dikaitkan dengan pengetahuan dan minat yang lebih besar dalam pendidikan, menurut penelitian yang diterbitkan 16 Januari di Jurnal Onkologi Klinik.

Anggota komunitas LGBTQ berada pada risiko yang lebih besar untuk jenis kanker tertentu seperti serviks dan oral, menurut penulis penelitian. Mereka juga mengatakan bahwa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anggota komunitas LGBTQ lebih kecil kemungkinannya untuk diskrining terhadap kanker tetapi lebih cenderung untuk terlibat dalam perilaku yang meningkatkan risiko kanker, seperti minum atau merokok.

Seiring dengan menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien untuk mengungkapkan orientasi seksual dan identitas gender mereka, pusat kanker juga harus menetapkan protokol untuk merawat pasien kanker LGBTQ, penulis penelitian menambahkan.

"Ahli kanker dan penyedia perawatan kanker lainnya perlu mempertimbangkan orientasi seksual dan identitas gender ketika menilai kebutuhan pasien," kata Quinn. "Di tingkat institusional, pendidikan dan pelatihan lebih lanjut harus ditawarkan kepada dokter sehingga mereka bisa peka secara budaya dan mendapat informasi klinis tentang masalah kanker LGBTQ."

Para peneliti juga mengatakan bahwa lebih banyak orang LGBTQ perlu dimasukkan dalam penelitian kesehatan untuk meningkatkan pemahaman tentang risiko dan kebutuhan kesehatan mereka.